Langsung ke konten utama

Postingan

Intermezzo

Postingan terbaru

Memorist?

Pasti ada yang tau ta drama korea "Memorist" ini?? Haha.. Yep, ini salah satu tontonan drakor list gue yang bisa dibilang menurut gue genre thriller dan misteri yang ga begitu berat. Cerita ini dibintangi oleh Yoo Seung Ho dan Lee Se Young. Salah satu tontonan yang wajib ditonton sih karena Yoo Seung Ho main sih lebih tepatnya haha.  Drakor Memorist ini saat itu dijadwalkan selalu tayang pada 11 Maret 2020 dan akan mengisi slot penayangan Rabu dan Kamis pukul 22.50 KST, atau 20.50 WIB di tvN. Gue nontonnya lewat Telegram atau ga lewat web Kissasian ahahhaa. Rating terakhir 9,9 menurut Daum. Btw, kenapa gue tertarik buat ngangkat drama korea ini buat gue bahas dan review di blog gue? Pengen aja sih gue ngangkat drama korea ini karena ada salah satu pemeran antagonist. Yang berperan sebagai eraser dan penjahat berantai. Tak disangka, dia adalah kerabat terdekat salah satu detektif yaitu Dong Baek (Yoo Seung Ho). Taraaa.. iki orangnya yang main Cho Hye-Joo seba

Sebuah utas - Kenyataan pahit yang terjadi di saat dewasa

Saya menemukan sebuah utas di Quora dan mungkin saya tertarik ingin menyebarkan utas tersebut di blog saya. Namun tidak semua hal-hal di bawah ini benar-benar saya alami di kehidupan saya. Hanya beberapa hal saja. Yang saya bold adalah kenyataan yang pernah saya alami. Berikut beberapa hal tentang kenyataan pahit yang mungkin terjadi di saat dewasa : Kamu sendirian. Tidak ada yang benar-benar mengerti dirimu, bahkan keluargamu. Tidak ada yang benar-benar mendukung mimpimu, bahkan keluargamu. Orang yang kamu fikir sangat mencintaimu, pasti pernah menyakitimu, bahkan keluargamu. Tidak ada teman dalam hidupmu, semua hubungan berdasarkan kepentingan. Semua orang mengutamakan dirinya sendiri, termasuk kamu. Akan ada orang yang mencintaimu, tapi tidak selamanya. Akan ada orang yang selalu ada untukmu, tapi tidak selamanya. Akan ada orang yang membuat harimu bahagia, tapi tidak selamanya. Yang bertanggung jawab atas hidupmu, adalah dirimu sendiri. Sekuat apapun usahamu, hid

A memory captured

- a memory, a moment, a remembrance - I know myself who I was at that time as I always made a multiple times mistake to a lot of people even some of them know it or not. Because of that, I  apologize to the universe from the bottom of my heart.

Sudah.

02/05/2019. Terlalu banyak kata yang ingin aku sampaikan saat itu. Pertemuan terakhir kita. Namun aku tak sanggup untuk mengucapkannya. Hanya derai air mata yang dapat aku sampaikan padanya. ---------- Jujur, aku jatuh hati padanya (mungkin hingga saat ini masih). Iya dia. Sesosok / seseorang yang mungkin bisa aku katakan - orang yang bisa buat aku merasa paling nyaman. Tapi.... aku tak sanggup untuk melanjutkan perasaanku ini. Iya. Perasaan yang sangat terlarang. Dan tak seharusnya aku memiliki perasaan itu untuknya. Menyakitkan, bukan? Untuk rindu pun saja, aku tak berani berkata. Mengapa? Aku tahu, aku bukan siapa siapa. Aku punya banyak batasan. Aku harus menahannya. Aku tak berhak dicintai olehnya. Banyak orang melarang aku untuk terus berkomunikasi dengannya. "Tidak baik untuk kamu lanjutkan.", begitu kata mereka. -----------  Mungkin pernah aku tidak ingin mendengar semua perkataan mereka. Bahkan mungkin hingga detik ini aku sebenarnya ngga pengen ngelepasin. Bera

Winter in Damascus

Prolog : “Mama… Salju! Yuhuuuu!!”Anak kecil itu tengah bahagianya.Bersorak gembira melihat kapas-kapas putih bertaburan di sana-sini setitik demi setitik.Ia tersenyum riang dan tertawa bahagia sambil berputar-putar. Lalu ia lari ke sana kemari. Tangannya yang mungil mencoba tuk menggapai titik-titik putih salju, meski tak bisa ia dapatkan, ia terus berusaha untuk mendapatkannya. Ibunya hanya tersenyum dan tertawa kecil melihat anaknya yang begitu bahagia menyambut pagi hari itu. Namun tak lama, ibunya memanggilnya untuk masuk ke dalam rumah.Ia tak ingin anaknya akan sakit hanya karena kedinginan di luar rumah. Anak kecil itu tak mau masuk.Ia belum puas main di luar. Tetapi sebagai seorang ibu yang memiliki perasaan yang sangat afektif terhadap anaknya, ia tetap tidak membiarkan anaknya bermain terlalu lama di tempat dingin itu (halaman rumahnya). Ia menangis meraung keras, memukul pelan pundak ibu. Ia tak ingin masuk, tak ingin menyudahi permainannya di luar. Tak ingin! –mungki