Prolog:
“Mama… Salju!
Yuhuuuu!!”Anak kecil itu tengah bahagianya.Bersorak gembira melihat kapas-kapas
putih bertaburan di sana-sini setitik demi setitik.Ia tersenyum riang dan
tertawa bahagia sambil berputar-putar. Lalu ia lari ke sana kemari. Tangannya
yang mungil mencoba tuk menggapai titik-titik putih salju, meski tak bisa ia
dapatkan, ia terus berusaha untuk mendapatkannya. Ibunya hanya tersenyum dan
tertawa kecil melihat anaknya yang begitu bahagia menyambut pagi hari itu.
Namun tak lama,
ibunya memanggilnya untuk masuk ke dalam rumah.Ia tak ingin anaknya akan sakit
hanya karena kedinginan di luar rumah. Anak kecil itu tak mau masuk.Ia belum
puas main di luar. Tetapi sebagai seorang ibu yang memiliki perasaan yang
sangat afektif terhadap anaknya, ia tetap tidak membiarkan anaknya bermain
terlalu lama di tempat dingin itu (halaman rumahnya). Ia menangis meraung
keras, memukul pelan pundak ibu. Ia tak ingin masuk, tak ingin menyudahi
permainannya di luar. Tak ingin! –mungkin seperti itu yang dikatakan
oleh anak kecil itu-
***
Januari 2011…
Kejadian itu membuat Sully teringat masa
kecilnya (Sully adalah anak kecil itu yang diceritakan). Ia melihat salju
bertaburan di luar rumah melalui kaca jendela kamarnya. Masih sama persis dengan
masa kecilnya yang selalu ingin bermain di luar bersama salju saat
butiran-butiran putih itu turun. Tetapi bedanya dengan sekarang, ia sudah tidak
akan lari-lari lagi. Ia tertawa kecil. Mengingatnya waktu masih kecil saat ada
salju di Damaskus ini pada waktu silam (tahun1997). Mungkin karena dua belas tahun
sekali Damaskus turun salju lebat, sehingga Sully senang sekali melihat salju
dan ingin sekali bermain.
Langsung saja, ia bangun dari tempat tidurnya dan
bergegas keluar dari kamarnya. Tetapi seketika… Ringtone hp LG-Lollipopnya
berwarna biru muda berbunyi. Yeah!Listen to this! Even though darkness wraps
around me.Even though I can see one inch before me because It’s dark. The hurt
heart, heart, heart of hers that got wounded. I will wrap around I promise. I’m
gonna be down… (ringtone from MBLAQ-One Better Day song *english version*)
“Humphhh… Balik lagi deh ke tempat tidurku ngambil
hapeku.Siapa sih pagi-pagi yang menelefon?” Sully berkata lirih seakan-akan ia
berkata sendiri dan mengajak berbicara dengan hatinya sendiri.
“Hey Sully! Salju loh di luar.”Oh!
Ternyata Tasyfa teman sekelasku yang menelepon. Duh ganggu kegiatan pagiku aja nih,
Tasyfa… Sully berkata dalam hati. Lagipula Sully kansudah tahu hari ini
saljunya lebat. Sepertinya Tasyfa tidak ada kerjaan di rumah pagi-pagi,
sehingga isengmenelefon orang.
“Iyah.Aku udah tahu daritadi, sayang.Mau
main nggak ke Bloudan atau nggak ke Ya’four? Mumpung hari Jum’at ni, Tasyfa…
Kita main-main salju yuk! Sambil piknik gitu…” Rengek Sully secara lembut pada
Tasyfa.
“Oke, then. If you want it, I’ll ask to
them first.”
“Who’s them that you mean?”
“Sahabat kita-laaaaaah, Sully.”
“Oalah heheheh.Oke oke. Call them first,
then, you call me back what they have answered to you.”
“Iyaaah nona yang cantik, manis, dan
tralalatrilili…”
“Ih apaan sih kamu ini, Tasyfa. Nggak ada
bedanya ah nih dari kecil. Masih aja kalo ngomong nggak jelas gitu deh.Wuuuu.”
“Hahaha. Oke. Bye Sully. Take care.”
“Bye Tasyfa sayang.”
KLIK! Putuslah sudah perbincangan mereka.
Senangnya Sully, mempunyai sahabat yang baik dan setia menemaninya. Ingin
selalu bersamanya kemana-mana. Suka dan duka ditanggung bersama.Sulit mungkin baginya
untuk berpisah jauh dengan mereka.
Dan hari ini, hari yang pas untuk Sully
pergi bersama sahabatnya.Winter in Damascus kali ini akan Sully jadikan
sebagai kenangan terindah bagi dia bersama sahabat-sahabat tercintanya. Tetapiia
juga ingin mengisi Winter in Damascus tahun 2011 bulan Januari ini
dengan keluarga. Entah, ia tak ingin masa-masa ini menjadi kosong, hampa, dan
terlewati begitu saja.
Begitu keluar dari kamarnya, Sully
tersenyum bahagia.Menghela nafas panjang dan tersenyum lagi. Bisa dibayangkan,
ia seperti kesurupan. Senyum-senyum sendiri.Ibunya hanya geleng-geleng kepala
melihat anak sulungnya itu.
“Ayo Sully, Jeremy, dan Dimasqy. Sarapan
dulu yuk! Mama udah siapin roti tawar putih sama martadella goreng. Pasti
kalian suka deh. Yuk!” Ajak ibu Rasty (ibunya Sully) kepada anak-anaknya.
“Oke maaaa… Yuk adek-adekku sayang, kita
makan.Seperti biasa Jeremy, kita makan dulu baru mandi deeeh.”Jawab Sully pada
ajakan ibunya dan merangkul pundak Jeremy.
“Iya Sully… Gue tahu. Udah biasa deh kita
kayak gini. Lo masih aja ngomong kayak gitu.” Jeremy, adik pertama Sully yang
hanya beda satu tahun umurnya dengannya biasa memanggil kakaknya dengan tidak
menggunakan “kak”. Karena Sully menyuruhnya untuk memanggil namanya saja.Maka
tidak salah lagi, mereka begitu dekat dibandingkan dengan adek bungsunya -si
Dimasqy- yang masih berumur 7 tahun.
“Sully! Jeremy! Ayo makan!” Ajak Ayah
mereka.
“Oke papa… Yuk Jeremy! Daritadi sih kita
ngobrol-ngobrol mulu.Jadi nggak kesana-sana.Huuuu!” jawab Sully pada papa dan
berbisik sebentar dengan Jeremy.Jeremy hanya melirik sinis pada kakaknya.Lalu, Sully
menarik tangan Jeremy untuk menuju ke ruang makan. “Ayooook, myyyyy! Laper.”
***
Seperti apa yang
dijanjikan Tasyfa terhadap Sully. Seusai menelepon sahabat-sahabat mereka,
Tasyfa menelefon Sully kembali.Dan keputusannya, HARI INI MEREKA AKAN PERGI
BERSAMA KE BLOUDAN.Betapa senangnya hati Sully. Girang sekali ia
mendengarkan keputusan sahabat-sahabatnya untuk pergi bersama ke Bloudan. Iamelihat
Jeremy yang sedang asyik bermain game online di kamarnya, lalu ia peluk adik
satunya itu. Jeremy hanya menggelengkan kepalanya dan menyingkirkan badan
kakaknya untuk tidak memeluknya. Tapi ia tetap memeluk Jeremy. Sully gila!
Butuh paridol kayaknya nih orang. Begitu kira-kira apa yang dikatakan oleh
Jeremy.Karena sulit untuk melepaskan pelukannya, ia begitu kesal.
Setelah
Sully diberitahu oleh Tasyfa tentang keputusan itu, ia meminta izin kepada
kedua orangtuanya. Mereka berbincang-bincang di ruang tamu.Ia merengek-rengek ibu
dan ayahnya untuk diizinkan pergi ke sana. Namun, mereka masih saja 50-50.Belum
ada keputusan apapun.
“Ya
udah gini aja deeeeh… Mama sama papa ikut juga nggak apa-apa kok. Aku nggak mau
ma, pa, winter kali ini nggak ada kenangan apapun sama mereka. Tapi
lebih bagus lagi, aku juga punya kenangan sama mama, papa, Jeremy, dan dek
Dimasqy. Ya udah kalian ikut aja yahh?” Sully memohon pada kedua orangtuanya.
Ibu
dan Ayahnya saling memandang mencari keputusan apa yang harus mereka jawab
kepada anak sulungnya itu. Beberapa menit kemudian, ayahnya mengangguk dan
ibunya tersenyum padanya. YUHUUUUYY!!! Hati Sully begitu diwarnai oleh
kebanggaan yang seperti baru saja diberikan kebebasan oleh kedua orangtuanya.
Padahal dari dulu ia sudah diberi kebebasan. Ia mengada-ada saja.
“Oke
deh ma, pa thanks yah? Ntar aku telefon sahabat-sahabatku lagi untuk
mengajak orangtua mereka juga supaya mama dan papa ada temannya hehehe.Sekali
lagi, makasih yah mama papa. Muah muah…” Ucapan terima kasih Sully yang sungguh
besar kepada orangtuanya dan memberikan kecupan manis di pipi mereka
masing-masing. Mereka tertawa kecil melihat tingkah anak satunya yang sudah
gadis dan berparas cantik itu. Sully hanya tersenyum lebar pada mereka dan
berlalu dari ruang tamu menuju kamarnya.
***
Sesampai
di Bloudan…
Pluk! Pluk! Pluk!
Sully bersama sahabat-sahabatnya bermain salju dengan melempar ke sana ke sini.
Ada yang terkena salju, ada yang tidak, ada juga yang mengumpat diantara mereka
karena takut akan terkena lemparan salju. Tetapi semuanya tertawa riang gembira
dan merasakan kesejukan dunia ini dengan menyentuh bumi yang masih tertutupkan
kapas putih tipis. Sungguh hidup ini penuh dengan dunia tawa meski ada setitik
luka dan duka di dalam dunia kita yang entah kapan kan terjadi jika kita sedang
bergembira seperti yang Sully rasakan kali ini.
“SULLYYYYYYY!!!Kita
foto-foto yuk di sini.”Sahut Frista sambil melambaikan tangannya pada Sully.Frista
adalah sahabat Sully yang terkenal pendiam dan sedikit pemalu.Ia jarang
berbincang dengan mereka. Entah mengapa, sejak kecil ia tidak berubah-rubah
sifat diamnya itu.
“Yuuuuuk!
Dita, Veno, Cecil, Glen, dan Haikal kita foto di sana sama Frista dan Tasyfa.
Oya, mama, papa, Dimasqy dan ibu-ibu, bapak-bapakyuk foto di sana! Jeremy, kita
foto ke sana.” Ajak Sully pada mereka, juga menarik tangan Jeremy dan Haikal
untuk menuju ke sana.
Cekrek! Cekrek!
Cekrek! Glen kebagian mengambil foto.Ia salah satu teman Sully yang cinta
dengan dunia fotografer. Pengambilan foto Glen sangat bagus diantara
sahabat-sahabat Sully. Ia juga senang menyunting foto dengan menggunakan adobe
photosop.
“SIAP SEMUA!
1-2-3! CHEERS!” Glen menyuruh mereka lagi untuk berpose. “Sip! Udah Glen ambil
semua.Semoga bagus deh hasilnya.Nih kalo ada yang mau liat.”
Mereka mengumpul
mengambil kamera yang dititipkan Glen tadi untuk berfoto dan melihat hasil
fotonya. Sangat MAGNIFICENT foto-fotonya. Panorama gunung yang
begitu indah menjadi lebih indah saat difoto oleh Glen. Satu-satu diantara
mereka berterima kasih pada Glen yang sudah mengambil foto dan tidak sempat
berfoto dengan mereka karena ia lebih memilih mengambil foto daripada untuk
difoto.
Setelah berfoto
bersama, mereka pergi ke rumah makan untuk makan siang bersama.Diantara mereka
ada yang mengobrol, minum teh, menghangatkan diri di depan “sobya”, dan ada
juga yang menyate di luar rumah makan. Mereka tidak hanya makan makanan arab,
tetapi juga makan makanan Indonesia yaitu salah satu yang mereka buat adalah
sate madura. Bapak-bapak mereka yang menyate dan hanya Haikal yang siap
membantu.Entah sahabat Sully yang laki-laki selain Haikal tak ada yang mau
membantu.Payah… payah emang pada males cowok zaman sekarang. Ckckck…Begitu
kata Sully di hatinya.
“Sully. Gimana love
life kamu?” tanya Cecil pada Sully secara “blak-blakan”.
“No more for
it, Ceciiiil. Aku lagi maleslah.Having bestfriend is much better than
have a boyfriend. Got it?” Agak kesal Sully jika ada yang bertanya tentang love
life. Semenjak kejadian tiga tahun lalu itu, ia tak mau lagi berurusan
dengan yang namanya pacar. Ia menganggap pacar tidak ada yang setia. Hanya
sahabat dan keluarga yang setia menemaninya.No more hope for falling in love
with any boy. Just being friend with them. Itulah kata-kata mutiara Sully
yang ia simpan selama ini.
“Aaaaaa Sully
marah nih… Uhuuuy! Iya. Iya. Aku nggak nanyain love life lagi deh.Tapi
kamu dukung aku kaaaan tetep deket sama Veno. Heheh…” Jawab Cecil pada
Sully.Veno tersipu malu disebut namanya oleh Cecil.Selama ini, mereka memang sudah
menjalin hubungan lama.Dan terlihat selalu akur.Tidak seperti Sully dulu. Sully
selalu saja bermasalah dengan mantan pacarnya yang egois itu.
“Iyah Cecil. Pasti kok! Tenang Ven, aku
nggak ngelarang kalian berdua pacaran kok. Aku malah salut banget sama kalian
yang akur terus hihii. Chukkhae, chingu[1].”Kebetulan
Sully sedang dekat duduknya dengan Veno dan Cecil.Ia merangkul pundak kedua
sahabatnya.
Tengah perbincangan mereka, Glen dan
Jeremy berbisik-bisik, dan Glen menyodorkan handphone-nya kepada Jeremy
untuk melihat. Sully dan Dita yang daritadi memerhatikan mereka, seperti ada
yang berbeda dari raut wajah mereka. Raut wajah mereka tiba-tiba berubah
menjadi (seperti) musuh seketika. Sully dan Dita penasaran dengan apa yang
mereka bicarakan sejak awal duduk di rumah makan ini. Sully mengingat-ingat,
apa mereka terpengaruh oleh laki-laki itu yang suka mengolok-olok sekolah kita?
Sungguh kejam jika Glen dan Jeremy benar-benar terpengaruh dan menjauhi kita karena
dia. Kalau sampai Jeremy benar-benar terpengaruh, tidak akan aku maafkan.
Selain karena aku kakaknya, ia juga anak guru Sekolah Indonesia Damaskus.
Seharusnya malu bersikap seperti dia.
“Glen! Aku tahu
kamu emang deket banget sama Wisnu semenjak acara apkres SILN tahun kemarin.
Dan kamu sempat cuekin aku sama Frista pas acara itu. Kamu agak berubah. Cuma
akhir-akhir ini, kamu emang jadi baik lagi sama kita. Tapi kok….” Belum selesai
Dita berbicara, Glen menjawabnya, “Tapi kok apa?Mau ngomong, gue terpengaruh
Wisnu lagi sekarang? Eh lo tau nggak. SID emang nggak ada apa-apanya buat
gue.Apaan murid dikit, kelas dikit, lo semua nggak punya kelebihan, tempat buat
nge-dance aja nggak ada.Wisnu ada benernya-lah gue pindah sekolah aja.
Ke sekolahnya, Sekolah Indonesia Kuala Lumpur tuh kan lebih baik dari S-I-D. Ya
nggak, Jeremy?Banyak kelas, murid, trus ada……”
BRUUUUUUK! Veno dan Sully
sama-sama marah mendengar perkataan Glen yang sungguh menyakitkan hati sebagai
seorang murid SID.Mereka berdua sama-sama menggertakkan kedua kepalan tangannya
ke meja.
“Baru pertama
kali ada yang diantara kita ngingkarin janji kita.Janji untuk setia membela SID
dan nggak jelek-jelekkin SID. Kacau! Sumpah kacau lo, Glen. Lo selain dosa, lo
udah ngebuat Sully dan yang lain sakit hati termasuk gue. Gue nggak nyangka lo
di belakang ini terpengaruh sama Wisnu yang nggak suka sama SID pas acara
apkres SILN kemaren.” Secara spontan dan sederhana Veno mengatakan itu semua
pada Glen.
“Lo mau ngajak
berantem, huh?”Lawan Glen dan Jeremy.
“GLEN! JEREMY!
Kamu berdua tuh sakit.Sakit dan nggak normal. Pantes aja akhir-akhir ini lo
berdua pernah nyuruh kita stop latihan nge-dance, main band, apalah itu
keahlian kita. AAAAAAAAAAAAAAAAARKH! Aku benar-benar marah banget sama kalian.
Aku sakit hati hati tau nggak.Glen, kita sahabat.Jeremy, apalagi kita
kakak-adik dilahirkan satu ayah dan ibu. Kamu malu harusnya Jeremy! Kamu anak
guru SID.Kok malah jelek-jelekkin SID?Sejak kapan kamu berubah? Sully nggak
pernah tahu. Hmmmhhh…” Sambil menghapus air matanya, ia berbicara lagi. “Glen.
Aku nggak nyangka kamu kayak gitu. Wisnu salah satu anak SIKL yang benci banget
sama SID. Malah kamu deketin.Aku heran. AAAAAAAAAAARKH! Kalian berdua udah
ngehancurin perasaan kebahagiaanku di winter tahun ini.Gila, aku
bener-bener kecewa sama kalian. Terutama sama kamu Jeremy.”
Glen dan Jeremy
tidak menghiraukan perkataan Sully, Veno, dan Dita.Mereka tetap saja diam tanpa
kata dan pura-pura tidak mendengar.Mereka masing-masing mengeluarkan headset
untuk mendengarkan lagu di i-Phone mereka. Sully tidak tahan dengan perbuatan
mereka. Ia benar-benar kecewa dengan sikap mereka. Mereka sudah menghancurkan
rencana Sully hari ini untuk dijadikan kenangan yang terindah sepanjang
masanya.Ia menahan tangis dan isaknya menuju meja makan yang lain. Ia memilih
untuk duduk dekat dengan meja ibu-ibu dan bapak-bapak di pojok sebelah kanan
dari pintu masuk tempat para koki memasak. Disusul dengan Veno, Dita, Frista, Tasyfa,
dan Cecil untuk duduk bersama. Ibu-ibu mereka heran melihat Sully dan lima
sahabatnya pindah tempat dan meninggalkan Jeremy bersama Glen. Sedangkan
orang-orang arab di sekitarnya hanya menggelengkan kepala, mungkin karena tidak
paham apa yang sedang terjadi di antara Sully dan sahabat-sahabatnya. Tetapi
tadi, ada yang diantara mereka kaget melihat Sully dan Veno menggertakkan
kepalan tangannya dengan keras ke meja.
“Guys, udah jadi
loh satenya!!!” Haikal yang tak tahu apa yang sedang terjadi diantara
sahabatnya. Ia masih terlihat senang. Padahal Sully dan sahabatnya (kecuali
Glen) sedang mengalami masalah yang luar biasa menyakitkan hati mereka.Haikal
bingung seketika melihat sahabatnya yang lemas.Tidak seperti biasanya mereka
lemas seperti itu dan Glen terpisah dari mereka. Lalu Veno menarik tangan
Haikal dan mengajaknya keluar untuk berbincang tentang apa yang terjadi.
***
Hari
Sabtu, keadaan di rumah Sully…
Salju yang masih
menghiasi Damaskus turun secara perlahan-lahan kembali dan menambahkan jua
warna putih di atas tanah dan rerumputan yang manusia injak ini. Kabut
menyelimuti langit biru nan indah menjadi sedikit gelap membuat manusia sulit
untuk melakukan berbagai aktifitas di pagi hari.
Sejak
dari hari kemarin, Sully tidak mau ditemani oleh siapa pun di rumahnya.Ia lebih
sering sendirian di kamar dan selalu melihat keadaan luar lewat jendela
kamarnya. Pagi-pagi bangun, ia sudah berada di depan jendela (melihat salju
yang turun)sambil bermain handphone LG-Lollipopnya. Ia mengadakan conference
chat dengan sahabat-sahabatnya (terkecuali Glen). Diantara mereka ada yang
menghibur Sully supaya bahagia kembali dan melupakan masalah itu.Tapi ada
diantara mereka yang tak mampu menghibur karena sama-sama merasakan kesedihan
yang luar biasa karena telah tersakiti.Haikal dan Sully sama-sama memiliki
perasaan yang begitu sensitif terhadap suatu masalah.Sehingga Haikal tak mampu
untuk menghiburnya. Apalagi ia telat mendapatkan beritanya.
Terkadang,
tetesan air mata Sully jatuh secara perlahan ketika ia melihat foto-fotonya
bersama sahabat-sahabatnya. Glen yang ia akui akan terus mendukung SID dan
selalu bersama mereka, ternyata di balik ini semua, ia bermain api dengan
Wisnu. Wisnu yang memang tidak mau kalah dengan SID, ia selalu mengolok-olok
SID lewat Glen dan Jeremy.
Sully menutup
kedua matanya dengan membungkukkan badannya dan memeluk kedua kaki. Sambil terisak-isak
ia menangis. Ia masih sering mengingat masa-masa indah persahabatan mereka.
Apalagi kenangan bersama dengan Jeremy lebih banyak dibandingkan dengan sahabat
Sully. Lebih sakit hati saat Jeremy melontarkan kata-kata pedas (maksudnya
sambil memperolok) tentang Sully dan siswa-siswi SID yang lain serta tidak ada
bagusnya SID itu. Bertambah parah tangis Sully mengingat-ingat itu semua. Dan
ternyata bagi Sully, not just boyfriend can make problem with us, bestfriend
and family can make it too.Dia benar-benar tidak ingin memaafkan Jeremy dan
juga Glen.Dia sungguh merasakan sakit hati yang berkeping-keping kali ini dan
jauh lebih sakit dibandingkan dengan tiga tahun yang lalu karena masalah besar
kemudian putus dengan mantan pacarnya.
Tiba-tiba, Sully
bangun dari duduknya di dekat jendela, daripada ia seperti itu terus
perasaannya, ia bergegas ke luar dari kamarnya dan menuju kamar mandi untuk
mengambil wudhu kemudian solat Duha.Ia ingin diberikan pencerahan oleh Allah.
Ia memohon kepada-Nya untuk selalu memberikan Sully kebahagiaan dengan
sahabatnya. Ia tak ingin murung sendirian dan mengalami kesedihan yang luar
biasa untuk kedua kalinya ini. Bahkan
tak ingin untuk ketiga kalinya.Ya Allah, berikan aku kekuatan dalam
menghadapi masalah ini.Aku tak mampu memecahkan semua masalah ini secara
individual. Berikan aku pencerahan ya Allah! Amin.Pinta Sully pada Tuhan
Yang Maha Esa dengan penuh harap.
Beberapa jam
kemudian, Sully sudah berada di kamarnya lagi. Ayah dan ibu Sully penasaran
dengan masalah apa yang menimpa antara Jeremy dan Sully. Mereka bingung kedua
anak itu tidak akrab seperti biasanya.Biasanya mereka sering mengobrol bersama.
Namun percuma saja mereka bertanya pada
Sully. Ia takkan mau menjawab pertanyaan kedua orangtuanya. Semua amarahnya masih
saja dilampiaskan kepada orangtuanya dan termasuk adik bungsunya yang tak tahu
tentang apa sekali pun. Padahal mereka siap membantu masalah yang menimpa
anak-anaknya.Hmm… Mereka saling memandang dan ibunya Sully berkata,
“Pa… gimana kita
tanya Jeremy aja? Dia kan masih mending mau bicara sama kita. Sully kalau udah
sensitif kayak gitu. Nggak mau ngomong sama kita. Bahaya juga kalau dia marah
sama kita kan, pa?”
“Oke boleh
aja.Tapi tolonglah ma, beri Sully sedikit makanan. Dia kan punya maag. Papa
takut ia kambuh lagi maagnya seperti tiga tahun silam itu yang baru putus sama
pacarnya. Merinding menahan luka di lambungnya.”Ucap Ayah Sully yang penuh
bijak mengingatkan istrinya untuk memberikan makanan pada anak sulungnya itu.
“Iya pa.”
Sully masih saja
melihat ke luar jendela. Ia berkata lirih pada dirinya, “Ternyata impian yang
penuh harapan dan tak pernah terwujudkan hanya menjadikan konsonan belaka dalam
suatu kehidupan. Sungguh miris aku merasakan itu semua. AAARKH! Acara kemarin
hancur. Yang awalnya indah dan manis aku rasakan, tiba-tiba menjadi buram,
buruk, dan pahit aku rasakan. Aku mengimpikan sekali kemarin jadi hari yang
paling terbaik untukku. TIDAK! Semua rencanaku telah dihancurkan oleh si busuk
itu Glen dan Jeremy.” Lagi-lagi ia menangis. Ia tak ingin kejadian itu akan
benar-benar terjadi dalam kehidupannya. Tak ingin! Ia sudah sakit hati untuk
kedua kalinya. Bedanya yang sekarang, bermasalah dengan adik dan sahabatnya.Ini
lebih sadis baginya daripada putus dengan pacar.Banyak sudah hal yang diimpikan
Sully tetapi tidak terwujudkan di hari kemarin.Iamelempar bantal (yang ia
genggam sejak tadi) sekencang-kencangnya. Hampir saja ia melempar handphonenya,
Jeremy datang menghampirinya dan memegang tangan kakaknya. Mereka berdua saling
berpandangan.Ada rasa kesal di dalam hati Sully saat Jeremy memandangnya.Ia
menarik tangannya dari pegangan Jeremy. Namun Jeremy tetap tidak mau
melepaskannya.Ia merasa sangat bersalah pada kakaknya. Ia telah mengkhianati
perasaan kakaknya yang telah baik padanya sejak kecil dulu. Jeremy menangis di
depan kakaknya dan memohon pada Sully untuk memaafkannya. Tapi nihil, Sully
hanya memandang dua bola mata Jeremy dengan pandangan sinis.
“I can’t
forgive you…”Jawab Sully pada adiknya.Semudah itu Jeremy mengucapkan maaf
pada Sully yang sudah mendustai.Ia secara keras melepaskan pegangan Jeremy.
Lalu meninggalkan Jeremy yang duduk terpaku di bawah lantai sambil menangis
terisak-isak memanggil nama kakaknya.
BRUK! Sully
bertabrakan dengan ibu, ayah, dan Dimasqy. Ternyata daritadi mereka
mendengarkan perbincangan antara Jeremy dan Sully.
“Papa sama mama udah tahu masalahnya.Papa
barusan udah denger ceritanya dari Jeremy.Papa juga marah dengernya.Papa udah
marahin Jeremy.Papa yang menyuruhnya untuk meminta maaf pada kamu. Setelah papa
mau mengakhiri perkataan, ia baru sadar kalau ia salah banget, Sully. Ia
bener-bener menyesal dengan perbuatannya. Dan tak mau lagi mengulangi. Kalau
Glen, papa belum tahu bagaimana sikap dia sekarang.” Sahut ayah Sully dan
sedikit memberikan pemberitahuan tentang Jeremy padanya.
“Secepat ini, pa?Aku belum percaya.”Jawab
Sully secara spontan pada ayahnya. Lalu, iaberlalu menuju ruang tamu dan
menyetel TV. Ibunya yang tak tega melihatnya selalu sendiri, ia mencoba
menemaninya dan duduk di samping Sully. Alhamdulillah, Sully tidak marah
dengannya.Matanya seketika menjadi merah, dan menangis lagi dalam pelukan
ibunya. Sakit, perih, dan pahit yang ia rasakan sekarang ini. Lagu Without
Words yang mengalun dari channel SBS pas menghiasi perasaan Sully. Ibunya
mengusap air mata Sully dan mengelus rambutnya. “Be strong my girl. Jeremy
memang benar-benar pengkhianat. Mama nggak suka Jeremy ikut-ikutan Glen yang
terpengaruh sama Wisnu itu kan. Mama juga kesel, Sully.Tapi pecahkanlah masalah
ini secara bersama-sama ya sayang. Jangan sendirian! Mama sayang sama kamu,
Sully.” Katanya pada Sully dan juga mencium keningnya.
***
Waktu terus
bergulir… detik demi detik, dan terus-menerus hingga berganti dari hari demi
hari.Persahabatan Sully belum juga damai.Glen sebenarnya sudah meminta maaf
pada Sully dan yang lain. Tetapi tak satu pun ada yang menghiraukannya.Mereka
benar-benar tersakiti olehnya.Banyak siswa-siswi SID yang menjauhinya.Di situlah
Glen merasa sudah mengkhianati teman-temannya, guru-gurunya, dan bahkan
sahabat-sahabat tercintanya. Sama seperti Jeremy, ia menyesal perbuatannya
dengan meneteskan air mata.
Suasana sekolah dan sikap Glen…
“Ah biarinin aja,
Sully! Gue capek mikirin semua masalah ini nggak ada habis-habisnya. Dia
mikirin juga nggak kan? Glen yang terkenal sombong banget itu boro-boro minta
maaf beneran.Gue masih belum percaya sama tuh orang.”Perbincangan dimulai oleh
Haikal.
“Iyah
Sully. Biarinin aja yah, sayang.Aku nggak mau kamu sakit cuma gara-gara masalah
ini aja. Aku tahu, kamu orang yang paling perhatian sama persahabatan kita
dibanding yang lain. Tapi masalah ini lupakan ajalah ya? Biarin Glen kayak
gitu. Ntar dia juga sadar sendiri.”Sambung Dita dari perkataan Haikal dan
sambil merangkul Sully yang sejak awal masuk kelas selalu diam.
“Betul
banget apa kata Haikal dan Dita. Biarinin aja Sully, apa yang mau Glen perbuat.
Gimana kabar adek lo? Udah baikan sama lo? Keliatannya dia nggak begitu
dijauhin sama temen sekelasnya.”Veno melanjutkan perbincangan dari Dita.
Sully
hanya menggelengkan kepalanya. Sulit baginya untuk berbicara. Masih terasa pilu
yang ia rasa. Memang betul kata Dita, Sully orang yang paling perhatian dengan
dunia persahabatan mereka diantara yang lain. Sedikit masalah yang terjadi
diantara mereka saja, ia ingin membantunya atau ikut memecahkan masalah. Ada
yang sakit, ia jenguk. Dan biasanya ia meminta kepada Cecil dan Tasyfa untuk
menemaninya pergi ke rumah sahabat diantara mereka yang sedang sakit. Ada yang
baru putus dengan pacar dan sakit hati, langsung ia hibur. Seperti itu yang
Sully lakukan selama bersahabat dengan mereka.Maka tak salah lagi, mereka
sekarang yang menghibur Sully.Mereka membalas budi padanya yang sudah sangat
baik pada mereka.
“Ah
ayo dooong Sully. Bahagialah! Mumpung masih muda loooooh.Ntar udah tua lebih
banyak yang dipikirkan lagi. Gitu kan kata kamu waktu itu hehehhe… Plagiat
nggak sih aku yah?Ahahhaha. Ih tuh kan masih cemberut. Ayo dong senyum. Senyum,
Sully! Senyuuuuum.Perlu aku praktekkan?” Tasyfa yang begitu cerewet dan suka iseng
dengan Sully karena memang classmate-nya jadi lebih dekat dibanding yang
lain (kecuali Cecil sama dekatnya seperti Tasyfa karena sekelas juga). Setelah
ia berucap seperti itu, ia langsung senyum lebar-lebar dengan panjang yang
kira-kira 6 cm. Ia berhasil membuat Sully tertawa. Sahabat-sahabatnya ikut
bahagia melihatnya. Glen yang melihat jauh dari kelas sebelah, ia merasa
dipojokkan oleh sahabatnya dan mereka tidak memberikan kebahagiaan mereka untuk
Glen. Glen kesepian sendiri.Ia tak tahu harus bagaimana lagi. Mungkin cara
yang pas untuk buktiin penyesalan gue dengan cara………………… Tak tahu apa yang
akan dilakukan Glen.
Tibalah
bel pulang sekolah berbunyi.Siswa-siswi Sekolah Indonesia Damaskus
bergerombolan keluar dari kelasnya. Glen kelihatan lebih terburu-buru dari yang
lain. Ia langsung pamit kepada Jeremy dan siswa-siswi lainnya untuk pulang dan Say
Goodbye pada sahabat-sahabatnya (meski tidak dijawab oleh mereka). Dengan
menahan tangisnya, Glen lari sekencang-kencangnya menuju sebuah gedung yang
ingin ia tujui. Ia pergi ke gedung dekat toko Gifty. Perasaan Glen sangat galau
saat itu, ia pergi ke atas gedung yang paling tinggi. Ia menuju ke lantai
paling atas (tempat parabola dipasang). Karena tak ada satu pun yang
mempercayai penyesalan Glen, ia ingin membuktikan kepada sahabat-sahabatnya
dengan cara “bunuh diri” terjun dari gedung yang berlantai tiga belas itu.
Untung ada Jeremy dan Fredly yang melewati gedung itu.Kebetulan mereka ingin
pergi ke toko Gifty.Tetapi langkah mereka tidak jadi menuju ke toko itu.Mereka
kaget melihat ada seorang lelaki yang berada di atas gedung berlantai tiga
belas sebelah toko Gifty. Mereka berdua bertatapan satu sama lain, tiba-tiba
ada perasaan yang tidak enak antara mereka karena takut ada antara teman mereka
yang akan “bunuh diri”. “Oh! TIDAK!”Sahut Jeremy dan Fredly.Langsung saja
mereka pergi ke gedung itu dan pergi menuju lantai paling atas. Dan… CORRECT!Terlihat
jelas sekali.Glen ternyata yang di sana.
“GLEN!!!
NGAPAIN LO DI SANA???? BAHAYA GLEN! BAHAYA! DOSA JUGA LO NTAR BUNUH DIRI! INGET
ALLAH, OYY! INGEEEET!”Teriak Jeremy pada Glen. Langsung saja ia mengeluarkan i-Phonenya
untuk menelefon Sully dan Veno untuk datang ke gedung itu. “Buruan ke sini!Gue
kasian, Sully, ngeliat Glen mau bunuh diri. Dia galau banget perasaannya
semenjak lo pada nggak maafin dia. Iya dia sekarang di gedung paling atas deket
banget sama toko gifty. Cepetan ke sini!BURUAAAAAN!” Cepat-cepat ia memasukkan
i-Phonenya ke dalam tas. Lalu tasnya ia taruh di bawah. Ia mengajak Fredly
untuk menuju lebih ke depan (yakni tepat berada di belakang Glen).
Masih
tetap di situ Glen dengan Jeremy dan Fredly.Mereka berdua berbicara baik-baik
bersama Glen dan menahan Glen dari belakang untuk tidak jadi “bunuh diri”.Namun
Glen tetap saja bertahan di situ.Ia berpikir ia lebih baik mengakhiri hidupnya
sekarang daripada menunggu lama dicabut oleh malaikat pencabut nyawa. Untung,
Veno dan Haikal menyusul Jeremy dan Fredly.
“STOP
DOING THAT, GLEEEEN! KENAPA SIH CARANYA KAYAK GINI BUAT NGEBUKTIIN KE KITA
KALO LO UDAH NYESEL? NGGAK ADA CARA LAIN APA? INGET ALLAH, GLEN! INGET! DIA
YANG BERHAK MEMUTUSKAN LO HIDUP DAN MATI! TUH CECIL, DITA, FRISTA, SULLY, SAMA TASYFA
PADA DI BAWAH SINI SEMUA. LO JUGA HARUS MALU! INI DI NEGARA ORANG.” Veno
berteriak-teriak sampai kering tenggorokannya.Namun nihil, Glen tetap ingin
saja “bunuh diri”, hanya saja sudah ditahan dengan Jeremy dan Fredly. Glen
melihat ke bawah dengan mata yang masih dipenuhi oleh air mata, buram sedikit
ia melihat jauh. Tapi ia merasakan banyak orang yang berkumpul di bawah gedung
itu termasuk sahabat-sahabatnya yang perempuan. Sedikit senang ia merasakan semuanya,
karena sahabat-sahabatnya datang menghampirinya. Namun ia masih galau
perasaannya dan tetap memutuskan untuk “bunuh diri”. Iaingin lenyap dari dunia
ini karena ia tak mau menyusahkan mereka lagi.
“BUAT APA GUE
HIDUP VEN? LO PADA NGGAK MAAFIN GUE DAN UDAH NGGAK PERCAYA SAMA GUE.
PERSAHABATAN YANG SETIA KAN DIDASARI OLEH RASA KEPERCAYAAN BERSAMA. SALAH SATU
ADA YANG NGGAK PERCAYA, BUBAR UDAH PERSAHABATAN! NAH LO PADA MALAH NGGAK
PERCAYA SAMA GUE! LEBIH KACAU KAN? GUE MAU MATI SEKARANG JUGA. TITIK! MINGGIR LO BERDUA!”Glen berusaha untuk
melepaskan pegangan Fredly dan Jeremy yang kuat itu.
Pada
akhirnya, Sully bersama empat sahabat perempuannya menyusul ke lantai yang
paling atas.Karena sepertinya Glen tetap ingin “bunuh diri”. Sully dan yang
lain memutuskan untuk memaafkan kesalahan Glen dan mempercayai penyesalannya.
Haikal memutarkan badan Glen untuk saling berhadapan dengan Sully dan
sahabatnya yang lain. Lalu Sully memegang pundak Glen dan berkata,
“Aku maafin
kesalahan kamu. Aku udah percaya sama penyesalanmu itu. Kadang aku emang childish,
Glen. Nggak mau tau kamu udah nyesel apa belom. Nggak mau tau sama perasaan
kamu itu yang benar-benar udah berubah. Sampai sekarang aja, aku belum maafin
Jeremy. Glen, aku tadi udah ngomong sama anak-anak untuk memaafkanmu. Aku nggak
mau kehilangan satu sahabat diantara kita hanya karena masalah itu saja.Please,
stop do that!We still loving you. We still need you here.Glen, lihat
mataku. Aku udah nggak lagi marah sama kamu. Yang lain juga udah nggak kan?
Glen dan Jeremy, aku udah memaafkan kalian dengan seluk-beluk hati yang
terdalam.”Ucap Sully dengan nada terharu yang bahagia dan juga tersenyum pada
Glen dan Jeremy. “Janji yah Glen jangan ngelakuin kayak gini lagi? Yah
yah?”Sambung Frista dan Dita secara berbarengan pada Glen.Glen hanya terdiam menundukkan
kepalanya. Tetapi setelah itu, ia menghapus air matanya perlahan-lahan dan
memeluk sahabat-sahabatnya. Menangis gembira bersama. Mereka semua sudah saling
mempercayai satu sama lain.
Salju kembali
turun dengan begitu lebatnya menghiasi kebahagiaan mereka semua. Putih-putih
bagaikan kapas tipis yang jatuh secara bergerombolan menggambarkan kesenangan
antara persahabatan yang saling mempercayai satu sama lain. Warna putih
dilambangkan sebagai perdamaian antara manusia.Salju putih yang turun itulah
mewarnai perdamaian yang Sully rasakan bersama sahabatnya.
***
Semenjak
persahabatan Sully kembali tenang, ia kembali menjadi orang yang hiperaktif.
Banyak bicara dan tingkah.Jeremy dan Sully kembali akrab seperti semula.Mereka
sering bermain bersama. Ayah dan ibu Sully senang melihat mereka akrab kembali
dan juga senang melihat Sully kembali bahagia.
Even if I try to
avoid you. I can't find a place to hide. I can't even deny you. I'm trapped by
you. If it was love.If you really loved me. Don't do this to me. Her whisper is
the Lucifer…
(SHINee-Lucifer –english version-) Ringtone handphone LG-Lollipop Sully
yang berwarna biru muda berbunyi.Ia melihat dulu di layarnya. Siapa ya yang
menelepon?Oh Haikal! Sully berkata dalam hati.
“Hello
Sully!” Suara di seberang sana menyapa lebih dahulu.
“Eh
hai Haikal!Apa kabar?”Jawab Sully dan balik bertanya kabar kepada Haikal.
“Baik.
Eh katanya Glen ingin menebus kesalahannya. Katanya, dia mau ngajak kita semua
ke Mall Damasquino.Kita ditraktir looooh, Sully.Mau nggak ke sana?”
“Ahahaha
kok gitu pake menebus salah gitu sih dia? Repot banget deh Glen. Ckckck. Ya
udah. Daripada aku bete nih di rumah. Aku ikut deh. Heheh…”
“Sip.
Ntar lo sama Jeremy langsung ke sana aja. Oke?”
“Oh
sama Jeremy? Sip dehh… See ya later. Bye… Aku mau siap-siap nih heheh.”
“Oke,
dadah…” KLIK! Putus sudah perbincangan antara mereka. Sully langsung ke kamar
mandi, dan siap-siap pergi ke Mall bersama sahabat dan adiknya, Jeremy.
Saat tiba di Mall Damasquino…
Sully sibuk
memilih makanan yang ia pilih. Tapi, sepertinya dia sudah setia untuk selalu
makan KFC’s meal. Pastinya, Crispy Strip spicy yang ia pilih.
Paling enak menurut Sully.
“Guys…
Maafin gue waktu itu.Gue ngerasa gue bener-bener jahat waktu itu. Gue
sadar, gue udah jelek-jelekin sekolah sama kalian. Nggak tau kenapa waktu itu
gue kayak gitu yaaah… Sumpah! Gue jahat banget main api di belakang kalian. I’m
very sorry, my bestfriend. Gue nggak akan ulangi lagi kesalahan
waktu itu. Gue janji loh.”Kata Glen penuh minta maaf pada sahabatnya.
“Gitu
dong, jangan ulangi lagi yah?Udah tenang aja, kita udah maafin kok.Kan lo udah
nraktir kita-kita juga.Udah klop banget dah minta maaf lo. Ahahhaha… Peace
Glen!” Canda Veno sambil menepuk pundak Glen.Glen hanya tertawa kecil.
“Eh
gue fotoin kalian semua deh. Sini Sully. Kamera lo.Gue fotoin kalian.Buat
kenang-kenangan.”Sahut Jeremy pada Sully.
“Okeh
nih.Fotonya yang bener ya, Jeremy?Jangan goyang-goyang yah. Biasanya lo gitu
fotonya ekekekkekeke…” Sully menyodorkan kameranya kepada Jeremy. Jeremy
menjitak kepala kakaknya dan berkata, “Sialan lo, Sully!”. Sully hanya
menjulurkan lidahnya pada Jeremy dan tertawa sedikit keras. Sahabat Sully hanya
menggelengkan kepala kaget melihat Sully tertawa kencang.
Jeremy
lanjut berucap, “OKE GUUUUYS!SIAAAAP? 1-2-3… CHEEEEEERS!”
***
Epilog:
Cekrek! Cekrek!
Cekrek! Foto itu menjadikan sebuah kenangan untuk Sully.Persahabatan yang
memiliki kelebihan segalanya daripada apapun.Itu yang membuat Sully lebih
senang mempunyai sahabat daripada pacar.Sahabat yang setia menemaninya.Sahabat
yang selalu merangkulnya dalam suka dan duka.Tertawa bersama, memecahkan
masalah bersama, dan merasakan kesedihan bersama.Itulah beberapa kelebihan
persahabatan yang dimiliki.
Winter in
Damascus 2011
bagi Sully, awal yang ia rasa adalah keindahan bersama sahabatnya yang
mencurahkan kebahagiaannya. Keindahan bersama itu berubah seketika menjadi
masa-masa yang pahit dalam persahabatan mereka.Mereka bertengkar karena ada
salah satu orang dari mereka yang mengkhianati janji-janji dalam persahabatan.
Tapi pada akhirnya, ia mampu memecahkan semuanya secara bersama-sama.
Salju yang masih
saja turun di Damaskus tahun ini pada bulan Januari, benar-benar menghiasi
persahabatan Sully yang manis dan pahit. Dan kembali lagi menjadi persahabatan
yang indah. Begitu banyak kenangan yang didapatkan oleh Sully pada Winter in
Damascus 2011J
-TAMAT-
Komentar
Posting Komentar